Tuesday 12 November 2013

Matamu keheningan di gegap gempita langit merampungkan bahagia yang akan tercipta lewat hujan deras airmata laksana virus matamu merincis sarang luka di dadaku yang menggenang rancak jiwamu saat kuselisir bersama rindu leburkan getir Adakah yang lebih mantra dari matamu yang menyulap luka-luka menjadi gula-gula?" Engkaulah bunga mewangi di mimpi engkaulah naungan kesatria tersesat engkaulah peta segala tuju kekinian engkaulah pelarut batu pada hatiku Namun aku melihatnya sedih membaur bersama terista di kelopak kembang matamu saat selaksa bening intan berpijar di reruntuhan payau airmatamu Ini dadaku benamkan jingga di wajahmu taburkan manik-manik luka hingga melaung segala terista lesap bersama air mata

 Matamu
keheningan di gegap gempita langit
merampungkan bahagia yang
akan tercipta lewat hujan
deras airmata

laksana virus
matamu merincis sarang
luka di dadaku yang menggenang
rancak jiwamu saat kuselisir
bersama rindu leburkan getir

Adakah yang lebih mantra
dari matamu yang menyulap
luka-luka menjadi gula-gula?"

Engkaulah bunga mewangi di mimpi
engkaulah naungan kesatria tersesat
engkaulah peta segala tuju kekinian
engkaulah pelarut batu pada hatiku

Namun aku melihatnya
sedih membaur bersama terista
di kelopak kembang matamu saat
selaksa bening intan berpijar
di reruntuhan payau airmatamu

Ini dadaku
benamkan jingga di wajahmu
taburkan manik-manik luka
hingga melaung segala terista
lesap bersama air mata

No comments:

Post a Comment