Matamu keheningan di gegap gempita langit merampungkan bahagia yang akan tercipta lewat hujan deras airmata laksana virus matamu merincis sarang luka di dadaku yang menggenang rancak jiwamu saat kuselisir bersama rindu leburkan getir Adakah yang lebih mantra dari matamu yang menyulap luka-luka menjadi gula-gula?" Engkaulah bunga mewangi di mimpi engkaulah naungan kesatria tersesat engkaulah peta segala tuju kekinian engkaulah pelarut batu pada hatiku Namun aku melihatnya sedih membaur bersama terista di kelopak kembang matamu saat selaksa bening intan berpijar di reruntuhan payau airmatamu Ini dadaku benamkan jingga di wajahmu taburkan manik-manik luka hingga melaung segala terista lesap bersama air mata
Matamu keheningan di gegap gempita langit merampungkan bahagia yang akan tercipta lewat hujan deras airmata laksana virus matamu merincis sarang luka di dadaku yang menggenang rancak jiwamu saat kuselisir bersama rindu leburkan getir Adakah yang lebih mantra dari matamu yang menyulap luka-luka menjadi gula-gula?" Engkaulah bunga mewangi di mimpi engkaulah naungan kesatria tersesat engkaulah peta segala tuju kekinian engkaulah pelarut batu pada hatiku Namun aku melihatnya sedih membaur bersama terista di kelopak kembang matamu saat selaksa bening intan berpijar di reruntuhan payau airmatamu Ini dadaku benamkan jingga di wajahmu taburkan manik-manik luka hingga melaung segala terista lesap bersama air mata
No comments:
Post a Comment